Minggu, 11 November 2012

10 november-Guruku Pahlawanku

10 November. Apa yang terlintas di pikiran kalian apabila mendengar tanggal itu ? Mungkin sebagian besar orang akan langsung tahu bahwa 10 November ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai hari Pahlawan. . Namun, tidak sedikit juga yang tidak tahu dan memilih untuk cuek dengan tanggal tersebut. 10 november ditetapkan pemerintah sebagai hari Pahlawan untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang sudah berjuang hingga titik darah penghabisan untuk memerdekakan negara Indonesia ini. Mengapa 10 November ? Jika kita kembali ke beberapa puluh tahun lalu, pada tanggal 10 november 1945 telah terjadi pertempuran bersejarah di Surabaya, Jawa Timur yang melibatkan banyak pejuang yang gugur. Itulah mengapa tanggal 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan.

Namun, sadarkah kita jika ada sosok pahlawan yang juga sangat berjasa dalam hidup kita dari dulu hingga sekarang. Namun mereka bukan berjasa untuk meraih kemerdekaan dan membebaskan kita dari belenggu bangsa penjajah. Namun pahlawan ini telah memerdekakan kita dari kebodohan. Membawa kita yang pada awalnya tidak tahu apa-apa, yang belum bisa membaca dan menulis, hingga menjadi bisa dan tahu banyak hal dalam hidup ini. Ya, pahlawan itu bernama Guru.
Di Indonesia sendiri, kini nasib guru sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah. Kini pekerjaan guru sudah banyak diminati dalam masyarakat bahkan banyak anak yang mencita-citakan dirinya sebagai guru. Terbukti dari banyaknya minat anak muda sekarang untuk melanjutkan kuliahnya dengan mengambil kuliah spesialisasi pendidikan guru.
Namun, jika kita kembali ke beberapa tahun yang lalu, ada juga orang yang mau mengajar tanpa mengharapkan imbalan besar. Melihat murid yang diajari olehnya menjadi orang yang sukses, itu menjadi kesenangan tersendiri baginya. Dialah pahlawan tanpa tanda jasa.

Sudah begitu, ternyata masih banyak murid-murid yang tidak mau menghargai gurunya dan tidak jarang, mereka bertindak sewenang-wenang. Salah satunya dengan cara tidak mendengarkan ketika guru itu menjelaskan di depan kelas. Atau murid-murid  yang lebih memilih nongkrong di kantin atau tempat lainnya daripada belajar di kelas. Padahal diluar sana, masih banyak anak-anak yang tidak mampu bersekolah dengan berbagai alasan. Dan alasan yang paling utama adalah alasan ekonomi.  Banyak anak-anak yang berusia sekolah namun tidak bersekolah dan memilih untuk membantu keluarganya. Contoh nyatanya sungguh jelas, banyak sekali acara yang ditayangkan di televisi tentang bagaimana keadaan seorang anak yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena harus membantu orangtuanya untuk mencari sedikit rejeki agar mereka bisa makan dan bertahan hidup. Ada juga seorang anak yang harus berjalan puluhan kilometer untuk mencapai sekolahnya, dan tidak hanya harus berjalan kaki sejauh itu saja tetapi harus melewati banyak hal berbahaya lainnya agar mereka bisa mencapai sekolah untuk belajar dan mencapai cita-citanya. Pengorbanan itu tidak hanya dilakukan oleh murid, jika kita menelusuri hingga ke pedalaman indonesia, dimana fasilitas sangat minim, maka kita juga akan menemui guru yang harus melewati perjalanan panjang untuk dapat mengajar di sekolah.

Ketika saya menyaksikan hal tersebut, saya merasa bahwa negara ini seringkali mengalami ketimpangan sosial di berbagai daerah. Jika kita menyaksikan bahwa zaman sekarang, di sekitar kita, banyak sekali fasilitas-fasilitas yang memberikan kemudahan untuk dapat melakukan apa saja yang kita mau. Namun jauh di daerah sana, banyak sekali saudara-saudara kita yang belum terjamah tangan pemerintah. Sudah 67 tahun sudah kita dimerdekakan oleh pahlawan-pahlawan kita, namun selama itu juga kita semua, rakyat indonesia, belum pernah merdeka untuk mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan. Terutama di bidang pendidikan. Semoga saja, sebentar lagi pendidikan bukan lagi merupakan hal yang susah untuk didapatkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar